Minggu, 28 Januari 2018

#NHW1: Adab Menuntut Ilmu


Assalamu'alaikum wr. wb

Pufff ... pufff ....
Niupin blog yang berdebu, banyak sarang laba-labanya ih ☺
Seandainya saya nggak nyemplung di kelas Matrikulasi Institut Ibu Profesional, sangat mungkin rumah kedua saya ini tidak kunjung saya tengok, hehe ....



Baiklah ....
Bismillahirrahmanirrahim.

Tulisan ini saya buat dalam rangka memenuhi tugas #NHW1 di #MatrikulasiB5 #IbuProfesional #Semarang.

Saya mengenal Ibu Profesional kurang lebih tiga tahun lalu, sesaat setelah saya memutuskan berhenti dari ngantor, memilih bersama anak-anak di rumah. Sudah terlalu lama saya menunda memensiunkan diri sendiri. Saat itu, tak ada yang lebih berarti selain karir saya dari rumah. Atas restu suami saya pun menjalani keputusan tersebut.

Nah, setelah di rumah, saya banyak waktu luang dong tentunya. Seperti yang beberapa teman saya katakan, "Nganggur, dong ...."

Duh, iya saya nganggur. Tapi tenang saja, saya nggak akan bikin otak saya nganggur. Sayang banget kan kalau otak sampai nganggur. Maka yang pertama kali saya lakukan adalah mencari informasi -- kebetulan saya lakukan via internet -- komunitas berbasis online yang positif. Positif harus digaris bawahi ya, karena saya mau jadi ibu nganggur yang positif juga bermanfaat buat sesama.

Ketemu deh saya sama Ibu Profesional. Duh, ibunya pinter-pinter, kreatif, mandiri, positif. Cocok kan, seperti yang sedang saya cari. Tapi saya belum daftar waktu itu. Kenapa? Nganu ... masih newbie di dunia 'per-ibu rumah tangga-an', apalagi ibu rumah tangga yang ngonline. Maka saya diam, hanya baca sana baca sini, mengenal lebih dekat komunitas ini.

Higga akhirnya di batch 3 saya coba-coba ikut daftar. Setor data dong ... Eh, sampai detik ini nggak tau kabarnya batch 3. Tahu-tahu sudah batch 5 saja. Alhamdulillah-nya, keangkut deh saya di batch 5 ini.

Seneng?
Not really ....
Gemeter, saya! Dikumpulin sama ibu-ibu pembelajar hebat dan saya ini cuma pinggiran roti tawar di kotak bekal #deTazya *dikeplak pizza*

Oiya, #deTazya itu anak kedua saya, usianya sekarang 5 tahun akan genap mejadi 6 pada 5 April mendatang *ribet yak*

Back to Ibu Profesional ....
Saya lupa kapan persisnya ikut antrian supaya diangkut dalam batch ini. Hingga akhirnya sekitar Desember 2017 saya dicemplungin di WAG IIP-Foundation. Ibu-ibu yang daftar matrikulasi dikumpulin dulu di sini, diberi sedikit gambaran mengenai kelas matrikuasi nantinya. Kurang lebih selama satu bulan kami belajar mengenal komunitas ini. Dan saya, sudah telanjur nyemplung dan makin penasaran, Bismillah niat "menuntut ilmu", nekat saja daftar kelas matrikulasinya.

Alhamdulillah saya sudah seminggu ini belajar di kelas matrikulasi Ibu Profesional.

#Materi1 di kelas matrikulasi ini adalah "Adab Menuntut Ilmu". Tunggu, silakan intip dulu materinya di sini, biar nggak ada salah paham di antara kita *uhuk*


***
Ah, yang begitu kenapa baru saya dapat sekarang sih?
Sebagai madrasah buat anak-anak saya, harus diakui bahwa saya sedikit terlambat dalam memutuskan untuk berhenti ngantor -- waktu itu. Nah, ilmu yang begini juga baru saya dapat di batch 5?
Baiklah, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, bukan?

Serunya lagi, di setiap materi nanti akan ada penugasan, yang biasa disebut dengan Nice Homework (NHW). Dan kali ini sesungguhnya saya sedang mengerjakan #NHW1 saya sih. Jadi curhatnya nanti lagi aja ya, mau bikin PR dulu.

Di tugas kali ini saya ditanya, (1) Sebutkan satu jurusan ilmu yang akan ditekuni di universitas kehidupan ini!

Bengong dong saya. Karena jawabannya, banyaaaaaaaakkkkk ☺
Tapi jelas tidak mungkin saya sebutkan semua, bisa bingung mentor saya nanti, hehe ....

Well, untuk menjawab pertanyaan ini, saya tengok sebentar aktifitas saya beberapa saat ini.

Yes, saya lagi (sok) sibuk dengan kegiatan tulis menulis. Dunia menulis rasanya sudah dekat dengan saya sejak remaja, waktu saya suka menulis diary. Berlanjut saat kuliah dan bergabung dengan pers kampus, lumayanlah dapat ilmu tentang penulisan secara resmi, bukan hanya menulis buku harian. Hanya beberapa kali tulisan ala mahasiswa bertengger di surat kabar lokal dan saya melupakan begitu saja kebisaan tersebut.

Sampai setahun lalu seorang kawan bercerita kalau dia saat ini sedang serius belajar dan bergelut dengan dunia literasi. Dari sini saya pun mencari tahu lalu menemukan jawaban, bahwa menulis bukanlah bakat. Menulis merupakan skill yang bisa diasah. Kebetulan saya sudah suka menulis, dengan ditambah bekal ilmu menulis yang baik dan benar, Insya Allah tulisan saya makin berisi dan bisa menjual. Noted ya, yang terakhir. "Bisa mendatangkan uang". 

Maka setahun ini saya sedang tekun bergelut dengan dunia literasi yang sangat menyenangkan. Ya, karena menulis itu menyembuhkan.

Maka jawaban saya atas pertanyaan pertama tersebut adalah saya akan memilih jurusan literasi di universitas kehidupan ini. Saya ingin menuliskan hal-hal baik yang menginspirasi kebaikan, mengajak anak-anak mencintai buku sebagai jendela informasi dunia, serta membuat perubahan ke arah positif dari tulisan-tulisan yang saya buat.

Menginjak ke pertanyaan berikutnya, (2) Apa saja alasan yang melatari saya  memilih jurusan tersebut?

Tentu saja karena dengan menulis saya bisa masuk ke berbagai lini kehidupan. Anak-anak, remaja, pria, wanita, pekerja, ibu rumah tangga, siapa pun bisa membaca hasil karya saya. Terutama yang ingin saya rangkul pertama kali adalah anak-anak seusia #kaRafa, sulung saya. 

Tahun ini ia genap 11 tahun. Menjelang remaja, saya harus menjadi garda terdepan untuk membentengi dan mem-filter input yang ia dapat. Dunia informasi yang tanpa hijab sekarang ini, menyematkan banyak kekhawatiran di hati saya. Apalagi melihat banyak kejadian di luar batas kewajaran justru dilakukan oleh anak muda di usia remajanya. Usia yang masih sangat labil, mmmm ... rentan.

Next, pertanyaan berikutnya yaitu, (3) Strategi apa yang saya lakukan dalam menuntut ilmu? 

Tik tok tik tok ....
Bagian ini lumayan lama mikirnya hehe ....

Bismillah, memperkaya skill menulis saya dengan terus berlatih, bergabung dengan komunitas menulis yang baik sehingga ada orang yang membimbing alias mengawal tulisan saya supaya terjaga sesuai tujuannya. Di samping itu, saya tentu akan melibatkan core team  di rumah untuk mendukung aktifitas saya.

Suami dengan restunya akan memberikan ruang sebanyak-banyaknya untuk berekspresi dan berbisnis dengan tulisan saya. Anak-anak pun memahami apa yang mamanya lakukan saat sedang sibuk "senam jari" di depan laptop. Tentu saja dengan catatan, tugas utama saya di rumah adalah menjadi partner terbaik mereka. Menunaikan kewajiban utama saya terlebih dahulu, sebelum mengeksplore dunia tulis menulis.

Dan pertanyaan keempat atau terakhir kali ini adalah, (4) Perbaikan apa yang akan saya lakukan berkaitan dengan ilmu yang akan saya pelajari?

KONSISTEN!
Ya, saya harus konsisten menjadikan menulis sebagai kegiatan sehari-hari seperti mengantar-jemput anak sekolah. Nggak boleh bolong, nggak pakai cuti apalagi libur, hehe ....

PR paling dekat adalah menghidupkan kembali blog ini, dan Alhamdulillah sudah saya mulai untuk menuliskan NHW Ibu Profesional. Berikutnya, harus ada minimal satu tulisan setiap hari yang saya posting selain NHW mingguan tersebut.

Sudah menunggu beberapa tema yang akan saya tuliskan di blog ini. Ditunggu ya, Insya Allah segera saya launching setelah saya menyelesaikan beberapa project menulis sampai akhir bulan depan, terutama Novelet "Retak" yang ini *malah promosi*

Oke, demikian penjabaran dari tugas Nice Homework pertama yang saya kumpulkan nyaris di ujung deadline. Bukan pengabdi deadline sih, cuma saya harus baca berulang sebelum benar-benar saya posting hasilnya.

Karena menuntut ilmu adalah salah satu cara meningkatkan kemuliaan hidup kita, maka izinkan saya mencarinya dengan cara-cara yang mulia. Salam profesional!

Love and kiss, Pipiet ❤

#Materi1: Adab Menuntut Ilmu

Di bawah ini adalah penjabaran #Materi1 di #Matrikulasi5 #IbuProfesional #Semarang

Sebagai bahan bacaan saya karena saya tidak mungkin menghapus begitu saja ilmu sebagus ini.
Materinya adalah tentang "Adab Menuntut Ilmu". Nah sebagai madrasah bagi anak-anak, harusnya di materi ini  saya lulus tanpa catatan dong. Makanya biar mudah untuk belajar, saya semat di sini saja.

***

ADAB MENUNTUT ILMU
Disusun oleh Tim Matrikulasi Institut Ibu Profesional

Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk mengubah perilaku dan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Karena pada dasarnya ilmu menunjukkan kepada kebenaran dan meninggalkan segala kemaksiatan.

Banyak diantara kita terlalu buru-buru fokus pada suatu ilmu terlebih dahulu, sebelum paham mengenai adab-adab dalam menuntut ilmu. Padahal barang siapa orang yang menimba ilmu karena semata-mata hanya ingin mendapatkan ilmu tersebut, maka ilmu tersebut tidak akan bermanfaat baginya, namun barangsiapa yang menuntut ilmu karena ingin mengamalkan ilmu tersebut, niscaya ilmu yang sedikitpun akan sangat bermanfaat baginya.

Karena ILMU itu adalah prasyarat untuk sebuah AMAL, maka ADAB adalah hal yang paling didahulukan sebelum ILMU

ADAB adalah pembuka pintu ilmu bagi yang ingin mencarinya

Adab menuntut ilmu adalah tata krama (etika) yang dipegang oleh para penuntut ilmu, sehingga terjadi pola harmonis baik secara vertikal, antara dirinya sendiri dengan Sang Maha Pemilik Ilmu, maupun secara horisontal, antara dirinya sendiri dengan para guru yang menyampaikan ilmu, maupun dengan ilmu dan sumber ilmu itu sendiri.

Mengapa para Ibu Profesional di kelas matrikulasi ini perlu memahami Adab menuntut ilmu terlebih dahulu sebelum masuk ke ilmu-ilmu yang lain?

Karena ADAB tidak bisa diajarkan, ADAB hanya bisa ditularkan

Para ibu lah nanti yang harus mengamalkan ADAB menuntut ilmu ini dengan baik, sehingga anak-anak yang menjadi amanah para ibu bisa mencontoh ADAB baik dari Ibunya

ADAB PADA DIRI SENDIRI
a. Ikhlas dan mau membersihkan jiwa dari hal-hal yang buruk
Selama batin tidak bersih dari hal-hal buruk, maka ilmu akan terhalang masuk ke dalam hati.Karena ilmu itu bukan rentetan kalimat dan tulisan saja, melainkan ilmu itu adalah “cahaya” yang dimasukkan ke dalam hati.

b. Selalu bergegas, mengutamakan waktu-waktu dalam menuntut ilmu, Hadir paling awal dan duduk paling depan di setiap majelis ilmu baik online maupun offline.

c.Menghindari sikap yang “merasa’ sudah lebih tahu dan lebih paham, ketika suatu ilmu sedang disampaikan.

d.Menuntaskan sebuah ilmu yang sedang dipelajarinya dengan cara mengulang-ulang, membuat catatan penting, menuliskannya kembali dan bersabar sampai semua runtutan ilmu tersebut selesai disampaikan sesuai tahapan yang disepakati bersama.

e. Bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugas yang diberikan setelah ilmu disampaikan. Karena sejatinya tugas itu adalah untuk mengikat sebuah ilmu agar mudah untuk diamalkan.

ADAB TERHADAP GURU (PENYAMPAI SEBUAH ILMU)
a. Penuntut ilmu harus berusaha mencari ridha gurunya dan dengan sepenuh hati, menaruh rasa hormat kepadanya, disertai mendekatkan diri kepada DIA yang Maha Memiliki Ilmu dalam berkhidmat kepada guru.

b. Hendaknya penuntut ilmu tidak mendahului guru untuk menjelaskan sesuatu atau menjawab pertanyaan, jangan pula membarengi guru dalam berkata, jangan memotong pembicaraan guru dan jangan berbicara dengan orang lain pada saat guru berbicara. Hendaknya penuntut ilmu penuh perhatian terhadap penjelasan guru mengenai suatu hal atau perintah yang diberikan guru. Sehingga guru tidak perlu mengulangi penjelasan untuk kedua kalinya.

c. Penuntut ilmu meminta keridhaan guru, ketika ingin menyebarkan ilmu yang disampaikan baik secara tertulis maupun lisan ke orang lain, dengan cara meminta ijin. Apabila dari awal guru sudah menyampaikan bahwa ilmu tersebut boleh disebarluaskan, maka cantumkan/ sebut nama guru sebagai bentuk penghormatan kita.

ADAB TERHADAP SUMBER ILMU
a. Tidak meletakkan sembarangan atau memperlakukan sumber ilmu dalam bentuk buku ketika sedang kita pelajari.

b. Tidak melakukan penggandaan, membeli dan mendistribusikan untuk kepentingan komersiil, sebuah sumber ilmu tanpa ijin dari penulisnya.

c. Tidak mendukung perbuatan para plagiator, produsen barang bajakan, dengan cara tidak membeli barang mereka untuk keperluan menuntut ilmu diri kita dan keluarga.

d. Dalam dunia online, tidak menyebarkan sumber ilmu yang diawali kalimat “copas dari grup sebelah” tanpa mencantumkan sumber ilmunya dari mana.

e. Dalam dunia online, harus menerapkan “sceptical thinking” dalam menerima sebuah informasi. jangan mudah percaya sebelum kita paham sumber ilmunya, meski berita itu baik.

Adab menuntut ilmu ini akan erat berkaitan dengan keberkahan sebuah ilmu, shg mendatangkan manfaat bagi hidup kita dan umat.

Referensi :
Turnomo Raharjo, Literasi Media & Kearifan Lokal: Konsep dan Aplikasi, Jakarta, 2012.
Bukhari Umar, Hadis Tarbawi (pendidikan dalam perspekitf hadis), Jakarta: Amzah, 2014, hlm. 5
Muhammad bin sholeh, Panduan lengkap Menuntut Ilmu, Jakarta, 2015