Kamis, 11 Mei 2017

Harus ESSE Supaya Tertular HIV

Sedang ramai nih, broadcast message mengenai penyebaran HIV/AIDS yang dilakukan oleh "oknum dokter" dengan berpura-pura melakukan cek gula darah dari rumah ke rumah. Beberapa saat sebelumnya beredar juga pesan yang sama, tetapi modusnya dengan meninggalkan jarum suntik atau tusuk gigi yang terpapar HIV di dalam bioskop. Ramai, resah, takut, timbul curiga terhadap orang asing di sekitar.

Sesungguhnya apa dan bagaimana HIV/AIDS itu sih, Mak? Kenapa harus dihindari dan bagaimana menghindarinya? Dibahas sedikit, yuk, biar tidak terlalu "parno".


Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit. Sedangkan AIDS kependekan dari Acquaired Immunodeficiency Syndrome, atau sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena kekebalan tubuh yang menurun akibat paparan virus HIV. Jadi, HIV dan AIDS itu dua hal yang berbeda. HIV adalah nama virusnya, AIDS adalah "akibat" yang ditimbulkan karena virus telah membuat tubuh lebih lemah dan rapuh pertahanannya.

Virus yang menyerang kekebalan tubuh ini membuat penyakit mudah masuk dan betah berlama-lama dalam tubuh. Misalnya, orang yang sudah terinfeksi lalu sakit batuk, batuknya butuh waktu lama untuk sembuh. Atau hanya salah makan dan timbul diare, diarenya akan "betah" berlama-lama. Sayangnya, orang dengan kekebalan tubuh yang rapuh biasanya akan "diserang" beberapa penyakit sekaligus. Ditambah lagi, secara psikis terbebani dengan stigma negatif penderita HIV, membuat daya tahan tubuh menjadi semakin turun.

Sesuai namanya, HUMAN, virus ini hanya bisa hidup di dalam tubuh manusia. Konsentrasi terbanyaknya terdapat pada darah, air mani, cairan vagina dan air susu ibu. Sedangkan syarat penularannya harus memenuhi 4 prinsip penularan yaitu prinsip ESSE (Exit, Survive, Sufficient, Enter). 

Exit artinya harus ada virus yang keluar dari dalam tubuh baik melalui hubungan seksual, transfusi darah atau proses menyusui. Survive berarti virusnya harus bisa bertahan hidup di luar tubuh pada saat menginfeksi orang lain. Kondisi di luar tubuh dan di dalam tubuh jelas berbeda, maka virus HIV hanya mampu bertahan beberapa menit saja di suhu ruang.

Prinsip berikutnya adalah sufficient, artinya jumlah virus harus cukup untuk menginfeksi. Nah, hal ini berhubungan dengan isu penularan lewat jarum suntik bekas atau tusuk gigi di bioskop. Setelah jarum terpapar virus, diletakkan dalam bioskop, berapa lama virus bisa bertahan di luar tubuh? Berapa banyak virus di sana, sehingga ia mampu menginfeksi orang lain? 

Dan yang terakhir adalah enter, yaitu virus dapat masuk ke dalam tubuh. Bisa melalui aliran darah karena adanya luka, transfusi darah atau jarum suntik tidak steril yang menembus kulit. Bisa juga melalui ASI, proses persalinan, serta hubungan seksual yang tidak aman.

Jadi, Emak tak perlu was-was, karena 4 syarat penularan itu tidak berdiri sendiri. Keempatnya harus terpenuhi secara bersamaan hingga bisa terjadi penularan. Waspada tetap yang utama, tetapi mudah panik tidaklah bijak. Cari tahu dari sumber terpercaya sebelum ikut menyebarkan berita yang belum tentu kebenarannya. Stay aware dan smart ya, Mak. (Pipiet Abrori)

Menanti Manisnya Gula Dari Pengantin Tebu

Sejarah penjajahan di Indonesia tak lepas dari penguasaan hasil bumi yang merupakan kekayaan bangsa ini sejak dulu kala. Salah satunya adalah perkebunan tebu, yang merupakan bahan dasar dari komoditi gula. Sejak sekitar abad ke-17, melaui politik tanam paksanya, Indonesia sudah menjadi pemasok utama gula ke negeri-negeri seberang. Namun sekarang, puluhan pabrik gula yang dahulu pernah dalam masa kejayaan, hanya tersisa beberapa saja. Sejak 10 atau 15 tahun yang lalu, pabrik yang ada pun tampak seperti mati suri, kebanyakan merugi dibanding menguntungkan.

Salah satu pabrik gula yang tersisa di Tegal adalah Pabrik Gula (PG) Pangka (Pangkah). Ada satu tradisi yang masih dipertahankan sampai sekarang menjelang proses produksi gula dimulai. Oiya, produksi gula hanya dilakukan selama kurang lebih 4 bulan saja dalam setahun. Dan setiap tahunnya, musim giling (istilah untuk produksi gula) selalu menjadi saat yang istimewa. Sekitar 2 minggu sebelum pelaksanaan giling, akan diadakan (semacam) pasar malam di daerah sekitar pabrik gula, yang dikenal dengan nama METIKAN. Metikan berasal dari kata metik/petik yang artinya kurang lebih adalah panen. Panen tebu yang merupakan bahan utama pembuatan gula.

Sama seperti pasar malam yang sering Emak lihat di sekitar tempat tinggal Emak. Booth-booth pedagang berjajar, mulai dari pakaian, sepatu, sandal, makanan, sampai sekadar jual mainan anak. ada pula area permainannya, seperti komidi putar, bianglala, kereta-keretaan dan beberapa mainan khas pasar malam. Hiburan setahun sekali ini tentu sangat dinanti oleh masyarakat setempat. Selain mendapat hiburan, mereka juga sedang mencurahkan rasa syukur karena adanya musim giling berarti akan ada "pekerjaan" baru buat mereka.


Metikan akan diakhiri dengan "hajatan Pengantin Tebu", yaitu sebuah simbol perkawinan antara 2 pabrik gula. Kalau di daerah Tegal berarti "perkawinan" antara pabrik gula Jatibarang di Kabupaten Brebes dan pabrik gula Pangkah itu sendiri. Pengantin tebu disimbolkan dengan sepasang boneka berbusana pengantin pria dan wanita. Sang pria diberi nama Bagus Bimo Prakoso Hasto, yang berasal dari Jatibarang. Sedang pengantin wanita berasal dari Pangkah diberi nama Roro Sayekti Ngudi Utami. Pengantin tersebut akan diarak mengelilingi pabrik dengan diiringi musik tradisional setempat.

Setelah diarak, boneka pengantin akan dibawa masuk ke area pabrik dan keduanya dimasukkan ke dalam mesin penggilingan tebu. Disusul dengan 12 batang tebu yang berasal dari perkebunan tebu di Jatibarang dan Pangkah. Nah, proses inilah yang menandai bahwa musim giling (produksi gula) sudah dimulai. Diiringi doa dan harapan semoga produksi gula tahun ini lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Sehingga kebutuhan gula di Indonesia dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri sendiri.

Sejalan dengan berkurangnya jumlah pabrik gula di Indonesia, tradisi semacam ini mulai ditingaalkan. Rasanya tak terlalu berlebihan kalau tradisinya terus dipertahankan, setidaknya pada pabrik gula yang masih beroperasi ini. Selain dapat mewujudkan kemandirian produksi gula, juga ikut menjaga kearifan lokal. Metikan dan pengantin tebu mungkin akan sulit ditemui pada tahun-tahun mendatang. Semoga pabrik gula menggeliat bangkit dan tradisi begini akan terus ditemui sampai anak cucu nanti. (Pipiet Abrori)