Sabtu, 03 Februari 2018

#NHW2: Menjadi Ibu Profesional

Assalamu'alaikum wr.wb

Yeaaayy ... Alhamdulillah, saya masuk dan lewati minggu kedua dengan (masih) tertatih. Sangat terasa perjuangannya (jiaaahh berjuang) untuk menangkap, menyerap, lalu mengaplikasikan ilmu di #MIIPB5 ini. Minggu ini sudah masuk #Materi2 yaitu Menjadi Ibu Profesional.

Dari materi kedua yang disampaikan tempo hari, satu hal yang berulang kali saya baca dan berhasil membuat saya ngembeng (baca: nyaris mewek) adalah bagian INDIKATOR KEBERHASILAN IBU PROFESIONAL. Materi utuh yang ada di sini menyebutkan bahwa, ibu profesional yang berhasil adalah yang "menjadi KEBANGGAAN KELUARGA". Karena anak-anak dan suami kita yang paling berhak pertama kali mendapatkan ibu dan istri terbaik di mata mereka.
(Tuh kaaann mau mewek lagi).

Cermin. Ya, saya butuh cermin setelah mambaca kalimat tersebut. Sudahkan saya menjadi yang terbaik di mata mereka? Hal-hal apa yang harus saya benahi supaya bisa menjadi ibu profesional yang sesunguhnya? Bisakah saya? Sanggup?

Karenanya, di #NHW2 kali ini, saya -- bukan cuma saya sih sebenernya -- diminta untuk membuat CHECKLIST INDIKATOR PROFESIONALISME PEREMPUAN.

WHAT?! Apalagi ini? (ketawa bloon)

Well, udah dikasih sedikit bocoran kok sama fasilitator Semarang yang keceee...
Jadi, saya musti bikin indikator buat diri saya sendiri supaya bisa disebut sebagai IBU PROFESIONAL. 

Sedangkan kunci untuk membuat indikatornya, disingkat menjadi SMART, yaitu:
SPECIFIC (unik/detil)
MEASURABLE (terukur, contohnya: dalam sebulan berapa kali saya melakukannya)
ACHIEVABLE (bisa diraih, tidak terlalu susah atau mudah)
REALISTIC (berhubungan dengan kondisi sehari-hari)
TIMEBOND (ada batas waktunya)

Dan saya nggak mau muluk-muluk dulu deh, takut nggak bisa confirm targetnya lalu melipir di tengah jalan. Maluuu (nutupin muka).

Saya bikin dulu targetnya selama 90 hari, sekadar untuk membiasakan diri. Katanya kan untuk membentuk kebiasaan harus dilakukan terus menerus minimal tiga bulan. Kalau sukses, insya Allah lanjut ke target berikutnya. Doakan saya istiqomah ya!

Here they are, CHECKLIST INDIKATOR PROFESIONALISME PEREMPUAN, punya saya ☺

1. Sebagai Individu

Sebagai ibu yang baik (uhuk), keputusan berhenti ngantor semata-mata saya ambil karena ingin memiliki waktu lebih banyak bersama anak-anak dan suami. Walaupun pada kenyataannya (terpaksa) hidup berjauhan dengan suami, tapi setidaknya saat prime time bercengkerama dengan anak dan suami bisa lebih optimal. Saat video call performa saya jauh lebih bagus, dibanding saat masih kerja dulu. Pulang kerja, lelah, anak-anak mulai ngantuk, tapi Abinya baru bisa dihubungi. Hasilnya, komunikasi yang dibangun jadi nggak terlalu efektif, kan.

Berikutnya, selama ini saya merasa bahwa interaksi saya dengan Yang Maha Kuasa hanya sebatas kewajiban saja. Sedih ya ... Bagaimana saya bisa memberi contoh kepada anak-anak supaya taat kepada Allah SWT kalau jiwa saya kosong, ibadah saya hanya untuk memenuhi kewajiban saja. Insya Allah, saya akan perbaiki kualitas habluminallah. Alhamdulillah sudah mulai saya rasakan bedanya setelah berhenti ngantor, doakan makin baik lagi ya ... Ditambah lagi sejak Oktober tahun lalu saya mulai belajar memperbaiki bacaan Alquran. Targetnya, dua bulan lagi naik ke kelas Tahsin. Aamiin.

Hal terakhir di 90 hari saya ini adalah, meningkatkan jumlah bacaan saya. Dengan harapan, semakin banyak yang saya baca, kualitas diri saya juga akan meningkat. Sekaligus sebagai bekal saya menulis dengan lebih baik. Cita-cita menjadi penulis bermartabat mustahil terwujud kalau saya malas baca.

2. Sebagai Istri

Bagian ini membuat saya maju mundur mau tanya ke suami. Biarpun sudah dua belas tahun kami menikah, tapi hampir separuh perjalana pernikahan kami dijalani dengan berjauhan begini. Intensitas pertemuan yang sangat jarang, mebuat saya lebih suka membicarakan hal-hal yang krusial saja dengan suami. Hal lain yang saya anggap bisa diselesaikan sendiri, saya usahakan tidak terlalu membebani suami. Kasihan, udah jauh, istrinya bawel pula. Dikit-dikt nanya, hehe...

Tapi pertanyaan kedua ini harus saya tanyakan, kan?
Maka bertanyalah saya, beberapa saat lalu saat (kebetulan) mood saya sedang buruk karena dilanda PMS. Yaaa ... pura-puranya mau curhat karena suasana hati lagi jelek, hihihi ....

Lalu dengan sedikit "melipir" saya tanyakan, istri ideal menurut beliau seperti apa?
Jawabannya sangat simpel, "Maunya kamu manut sama suami."
Saya protes dong, "Emangnya selama ini nggak manut?" Tuh kan, belum apa-apa udah galak, kan sayanya. Nanya, dijawab, eh protes! (dijitak).

Berhubung beliau baik hati, jawabnya gini, "Alhamdulillah, sejak kamu di rumah udah makin sabar, nggak banyak ngomel, banyak nurutnya, walaupun kadang-kadang masih galak."

Oke, NOTED Beib. Jadi saya masih galaaakk ... oooo gituuu (sambil ngulek sambel).

3. Sebagai Ibu

Bagian ini akhirnya saya tanyakan ke anak-anak dengan hasil yang sama sekali tidak saya harapkan. Artinya, malah bikin saya bingung menentuka indikator keberhasilan saya sebagai ibu profesional.

#kaRafa, anak pertama saya, yang 1 Maret nanti genap 11 tahun.
"Maunya Mama nggak maksa aku makan di rumah. Makan itu sesuai kebutuhan yang mau makan. Tenang aja, kalau Mama repot aku udah bisa masak sendiri." -- jawaban khas anak menuju remaja, penuh "perlawanan".

Ya, Si Kakak memang picky eater so hard. Sampai sekarang memang ini PR terbesar saya untk dia. Dari sini, saya bikin indikator apa dong? Hemm...

Sekarang #deTazya, si anak bontot yang insya Allah tahun ini masuk SD, tepat 5 April nanti usianya 6 tahun.
"Mama kelja lagi, bial aku pulang sekolahnya bisa naik antal jemput, kasih kunci lumah aja, aku belani kok" -- btw, Si Adek masih belum jelas pengucapan "r"-nya.

Asli, saya tarik napas dalaaamm mendengar jawabannya. Apa yang sangat dihindari kakaknya, ternyata menjadi keinginan adiknya. Kakak sering bilang kalau adik jauh lebih beruntung dibanding dirinya, karena tak perlu merasakan jadi anak daycare yang kalau libur sekolah ikut mamanya kerja. Sedangkan adiknya, karena sedari kecil full dalam asuhan saya, merasa kalau pengalaman kakaknya adalah petualangan sangat menarik yang wajib dia coba.

Baiklah, intinya PR saya adalah berusaha menjadi ibu yang lebih baik lagi, terus belajar dan bertumbuh bersama mereka. Menciptakan suasana bahagia tidak selalu dengan menuruti keinginan mereka, tetapi menyelaraskan satu sama lain dengan komunikasi yang baik. Insya Allah.

***
Done, tugas #NHW2. Semoga menjadikan saya mau terus belajar dan belajar, demi menjadi ibu profesional di mata suami dan anak-anak. Bismillah konsisten 90 harinya, semakin baik ke depannya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar