Senin, 12 Februari 2018

#NHW3: MEMBANGUN PERADABAN DARI DALAM RUMAH

Assalamu'alaikum wr.wb

Alhamdulillah, tepat 7.30 pagi ini saya bisa duduk dan ngerjain tugas #NHW3 di #MIIPB5 #Semarang. Deadline-nya? Pukul 10.00 nanti (tepok jidat).

Pilihan yang sama sekali nggak boleh ditiru, melakukan sesuatu di ujung deadline, kan?
Tapi saya "terpaksa" melakukannya, karena baru sempat "pacaran" kemarin sore. Pejuang LDM musti bisa atur strategi buat pacaran tanpa diganggu bocah, hihi... (alesan!!)

Di samping itu juga sejak Selasa lalu, saya agak drop (alesan lagi!!)
Beneran deh, di depan laptop cuma sanggup 15 menit. Setelahnya harus meringkuk dulu atau melakukan aktifitas lain, nanti baru kembali ke laptop lagi. Begitu terus sampai beberapa deadline lain serasa menghantui saya. #Materi3 pun lebih banyak saya ikuti sambil berselimut, hiks...

Tapi, yes!
Saya dapat poinnya dong.

Materi ini kok pas banget, kebetulan saya saat ini sedang konsen dengan #AdabDariRumah. Beberapa postingan saya di sosial media sedang getol menuliskan hal tersebut. Awalnya sih karena kasus pemukulan guru oleh siswa yang membuat gurunya wafat. Sedih banget saya. Karena kalau sudah kejadian begitu, yang dipertanyakan pertama kali adalah, "Diajarin apa sih, di rumah? Sampai bunuh gurunya?".

Maka saya merasa perlu mengembalikan (terutama) anak-anak saya ke dalam rumah yang beradab. Saat anak-anak sudah beradab dari rumah, insya Allah di tempat lain mereka lebih mudah menyesuaikan. Eh, pas banget, materinya tentang "Membangun Adab Dari Dalam Rumah", nih.

Well, lalu PR-nya mana? Malah curhat deh, hihi...


PR-nya heboh banget, salah satunya membuat surat cinta untuk suami.

WHAT?!

Bikin surat yang romantis buat suami sih hal biasa (uhuk!).
Bahkan beberapa tulisan tangan saya yang isinya "menye-menye" masih disimpan oleh beliau. Sampai harus nutupin muka kalau pas bongkar kenangan. Kok bisa ya, saya nulis picisan begitu. Sayangnya, sekarang saya sudah nggak pernah bikin surat "baper" lagi. Selain karena saya mendukung program paperless (uhuk lagi), juga karena teknologi sekarang sangat membantu untuk sayang-sayangan nggak pakai kertas.

Apalagi kami LDM, paling pas kalo pacaran sambil video call. Dan yes, saya melipir video call berdua saja dengan beliau, kemarin sore.

Kenapa harus melipir? Karena mau kasih kejutan ke suami. Selain itu, kalau anak-anak tahu saya sedang dengan abinya, pasti layar ponsel saya penuh dengan wajah mereka, bukan wajah emak-bapak yang sedang menahan rindu (oops!).

Alhamdulillah, kejutannya berhasiiilll (yeaaayyy...)
Suami seneng sih, sampai muji-muji saya (muka merah muda). Katanya, "Sering-sering dong bikin kejutan begini. Makin sayaaang ...."

Uuuhh ... kalau suami ada di sini pasti langsung peluk cium sampe penyet, hahaha :D 

Udah ah, maluuu ....
Dari sini saya diingatkan untuk terus membangun cinta, bukan sekadar mempertahankannya. Sesekali bikin suprise yang "norak" tapi eh, suami suka. Doakan kami sakinah selalu yaaa (kiss).

Tugas 1 done, ngetiknya bikin deg-degan (fyuhhh).
Sekarang lanjut dong ke tugas berikutnya, yaitu menggali potensi anak-anak. Walaupun setiap hari saya bareng sama anak-anak, lumayan nguras pikiran juga nih, bagaimana mengenali potensi mereka.

#kaRafa, anak pertama saya, dua minggu lagi genap 11 tahun
Kalau ditanya cita-cita, selalu jawab: TENTARA. Hati emaknya kebat-kebit. Menjadi prajurit tentu merupakan pengabdian jiwa dan raga. Tapi ah, masih panjang perjalanannya. Kalau Allah izinkan ia jadi seorang prajurit, tentu karena Allah telah memberi yang terbaik, kan?

Nah, yang saya perhatikan dari kakak, dia tekun banget kalau sudah menyimak sesuatu yang berhubungan dengan teknologi kekinian. Kebetulan televisi di rumah ada program "rekamannya". Jadi, acara yang terlewat masih bisa dilihat tanyangannya sampai 24 jam berikutnya. Kalau saya perhatikan sih, pulang sekolah dengan jatah nonton tivi 2 jam, kakak selalu anteng menyimak tayangan semacam itu dan fasih sekali menceritakan kembali. Misalnya tentang mobil masa depan yang sedang dirancang oleh Jerman, atau kloning manusia robot di Jepang. Saya? Menyimak sambil terkagum-kagum.

Di samping itu, dia suka aktifitas "membangun dan membentuk". Kami memfasilitasinya dengan mengikutkan dia di kelas Robotics. Beberapa challenge yang kebetulan saya beri di rumah, walaupun dengan tertatih, tapi berhasil diselesaikannya. Kelas Robotics-nya juga tinggal 4 project lagi untuk bisa naik ke level programming. Progress-nya oke lah menurut saya (iyalah, emaknya gitu loh!)

Terakhir, belakangan ini lagi suka musik, Mulai ingin belajar alat musik, tapi dia masih bingung mau pilih yang mana. Kita lihat nanti deh ☺

Lalu #deTazya, si anak bontot yang 5 April nanti usianya 6 tahun.
Cita-citanya mau jadi "alsitek". Wuiihh ... Bisa aja dia, emang tahu arsitek apa?

"Tau!" jawabnya. "Yang gambal-gambalin lumah. Kalena aku suka gambal, jadi aku mau gambalin lumah Mama."

Dan iya, di "her corner", sebuah pojokan rumah tempat menyimpan segala macam barang dan urusan dia, akan kita jumpai buanyak kertas yang bergambar "objek tidak jelas". Objek-objek itu akan menjadi nyata kalau sudah dijelaskan olehnya, hihi .... 

Saya sih membayangkan persis hasil gambar para arsitek. Baru bisa dipahami kalau sudah dijelaskan. Walaupun gambar adik masih "suka-suka gue", tapi dia selalu menampilkan gambar "bangunan". Entah rumah, lansekap, hotel, atau bangunan-bagunan lain.

Adik juga sangat suka "meniru" gaya orang lain, bukan hanya yang dilihat di  televisi, tetapi orang di sekitarnya juga sering ditiru. Seperti bunda di sekolah, teman-teman, atau saudara. Terutama tokoh-tokoh di televisi, baik tokoh dalam film favoritnya maupun tokoh lain yang sering dia lihat. Beberapa videonya ada di sosial media saya, saat dia meniru gaya presenter kuliner Vivit Kafi atau mendiang Pak Bondan Winarno. Kalau sekarang sih lagi suka meniru dialog Tayo dan teman-temannya.

Apa pun itu, saya saat ini masih fokus di kemampuan basic-nya dulu. Adik belum mau membaca, hihi ....
Sesuai umurnya, saya memang belum memaksanya untuk bisa membaca. Tapi saya harus terus membiasakan adik berada dalam budaya membaca. Kalau dia belum mau baca, saya yang bacakan. Karena sejatinya, bekal pertama dalam mengoptimalkan semua potensi itu adalah dengan membaca.

Uhm ....
Demen kan saya kalau disuruh nulis. Udah panjang aja, padahal masih panjang juga PR-nya.

Then, selanjutnya adalah ... menuliskan potensi saya.
Berat ini, lebih mudah bikin surat cinta wkwkwk ....

Bukan karena apa-apa sih, saya khawatir jadi jemawa kalau ditanya kelebihan saya. Karena sesungguhnya satu-satunya kelebihan yang menonjol di diri saya adalah kemampuan menggeser jarum timbangan ke arah kanan (plak!)

Kembali ke pilihan fokus belajar saya di universitas kehidupan deh, saya bisa nulis.
Walaupun masih harus banyak belajar untuk meningkatkan kualitas tulisan saya, yes, saya suka dan bisa menulis. Pengiiinnn banget punya sekolah literasi untuk anak-anak di lingkungan saya tinggal. Sekolah menulis yang fun, sehingga semua anak menikmati prosesnya dan mereka bersuara lewat tulisan secara beradab.

Saya pribadi sangat menikmati bahasa tulisan. Banyak hal-hal baik yang saya berikan dan juga dapatkan dari kalimat-kalimat dalam tulisan. Tentu tulisan yang penuh adab dan mengandung makna, bukan umpatan apalagi protes kemarahan tanpa arah tujuan. Suatu saat, dengan kemampuan saya ini, saya ingin bisa bermanfaat bagi lingkungan saya dengan tulisan. Gemas juga sih rasanya kalau melihat "ada yag perlu dibenerin" di sekitar saya, tapi saya belum berani mengungkapkannya. Maka selama ini saya paling akan menuliskannya di blog atau sosial media. Sekadar mengalirkan rasa agar tidak menjadi beban di hati. Semoga ke depannya saya makin "PeDe" dan bisa memberi kontribusi nyata bagi lingkungan saya.

Udah yaaaa ....
Pas satu jam menuju deadline, tugas saya selesai.
Semoga menjadi perbaikan buat saya ke depannya. Semakin semangat membangun peradaban dari dalam rumah. Salam Profesional!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar