Senin, 14 Agustus 2017

Celengan Rumah Amelia

Amelia memiliki dua saudara kandung, kak Daffa dan mas Ariel. Sore itu mereka sedang berkunjung ke rumah kakek, bersama tiga sepupunya, Melati, Mario dan Dahlia. Hampir tiap akhir pekan mereka bertemu dan menginap di rumah kakek neneknya itu. Saat sedang bermain di teras, kakek yang datang dari bepergian membawa sebuah kantung besar, sepertinya berisi beberapa bingkisan.

“Nih, kakek belikan kalian celengan!” sambil meberikan celengan kepada masing-masing cucunya. Amelia, Melati dan Dahlia mendapat celengan berbentuk rumah mungil dengan cerobong asap di atapnya. Sedangkan untuk cucu laki-lakinya, kakek membelikan celengan berbentuk kereta, juga ada cerobongnya. Di masing-masing celengan ada semacam pintu yang diberi gembok dan bisa dibuka.
          “Menabung itu kebiasaan yang baik,” kata kakek. “Sisihkan uang jajan kalian, sedikit demi sedikit uang itu akan menjadi banyak dan bisa digunakan saat kalian membutuhkannya.”
           “Aku mau beli lego!” seru kak Daffa dan Mario kompak.
       “Aku juga!” kata mas Ariel tidak mau kalah. “Nanti kita susun bareng ya,” lalu mereka bertiga saling tos, kompak sekali.
          “Kalau aku dan Dahlia sudah lama sekali ingin beli squishy. Ya kan, Dahlia?” tanya Melati. Dahlia mengangguk, setuju dengan Melati.
            “Kamu mau beli apa, Amelia?” tanya Dahlia pada Amelia. Amelia tampak bingung karena memang belum punya ide mau dibelikan apa uangnya nanti.
               “Ummm... Apa ya? Ummm... Nanti aku pikirkan lagi deh,” jawab Amelia sekenanya. Kakek yang membawa kehebohan ini, ikut nimbrung dan tertawa.
               “Kalian cucu-cucu yang pintar. Tapi, menabung bukan hanya untuk beli barang-barang yang kalian inginkan saja. Suatu saat ada teman atau saudara kita membutuhkan bantuan, bisa kita bantu dengan uang tabungan itu. Ayah ibu kalian menabung untuk menyiapkan uang sekolah atau biaya berobat saat kalian sakit. Apapun kegunaannya kelak, menabung sangat baik dilakukan.”
              “Sekarang kakek mau bikin tantangan, kalian siap?” ujar kakek. Keenam cucunya menunggu dengan penasaran. “Kakek akan tambahkan sebanyak uang celengan kalian selama dua bulan ke depan, dan kita akan pergi ke kebun binatang. Gimana, setuju?”
           “Setujuuuuu...” sahut cucunya kompak. Lalu dimulailah tantangan dari kakek. Semua berlomba menabung sebanyak-banyaknya supaya bisa puas bermain di kebun binatang nanti.


*****

Hari yang penuh semangat dimulai. Setiap anak berusaha menyisihkan uang jajan mereka. Kak Daffa, mas Ariel, Amelia, Melati, Mario dan Dahlia saling mengabarkan kondisi tabungan mereka setiap hari. Ayah dan Ibu pun ikut menyemangati agar mereka selalu rajin menabung.
Namun suatu hari, tanpa sengaja Amelia menumpahkan cat ke baju seragam Bunga, teman sekelasnya, saat pelajaran mewarnai. Amelia sangat menyesal, karena kecerobohannya membuat Bunga sedih. Pasti Ibu Bunga akan marah sekali karena seragamnya kotor, pikir Amelia.
Esok harinya, Amelia membawa seluruh uang di celengan untuk diberikan pada Bunga. “Bunga, aku minta maaf ya karena kemarin ceroboh. Kamu pasti perlu seragam baru, tapi aku tak bisa bantu banyak. Tabunganku hanya segini.” Sambil minta maaf, Amelia berikan uang untuk membantu beli seragam baru.
Bunga terkejut sekaligus terharu. Ia langsung memeluk Amelia, sembari menyampaikan rasa terima kasihnya. “Nggak apa-apa Amelia, aku sudah maafin kamu. Terima kasih banyak kamu peduli sama aku,” pungkasnya.
Dua orang kakak dan saudara sepupunya menyalahkan Amelia.
“Kamu pasti akan kesulitan mengumpulkan uang lagi!” kata kak Daffa.
“Amelia nggak asyik ah, kalau nggak punya uang nggak usah ikut ke kebun binatang ya?” Dahlia pun menimpali.
Amelia sedih mendengar saudaranya berkata begitu. Tapi ia senang karena bisa membantu Bunga dan berjanji untuk lebih rajin menabung. Hingga tak perlu waktu lama, uang Amelia di celengan sudah melebihi jumlah yang kemarin diberikan pada Bunga.
Amelia sudah mulai giat menabung, jumlahnya hampir sama dengan jumlah uang mas Ariel. Tapi ia dengar kalau Bundanya Mayang melahirkan. Sebagai sahabat Mayang, Amelia juga akrab dengan Bundanya. Karena itu Amelia ingin memberi bingkisan untuknya.
Amelia bingung karena itu artinya ia harus menguras celengannya lagi. Minta uang ke Ibu jelas tidak mungkin, karena Amelia ingin memberikan sesuatu dari hasil jerih payahnya sendiri. Setelah mempertimbangkan masak-masak, ia memutuskan untuk tetap memberikan bingkisan dari uang celengannya sendiri.
Lagi-lagi Amelia ditertawakan oleh kelima saudaranya. “Lihat saja, nanti Amelia hanya bisa duduk menunggu sambil makan pop corn,” si kecil Mario ikut berkomentar.
“Ya, benar. Nanti kita keliling naik kereta mini, tapi Amelia tak punya uang untuk membayarnya!” sahut mas Ariel, tidak menghibur adiknya sama sekali.
“Kalau aku mau keliling naik gajah saja,” tambah Melati dan Dahlia kompak.


                *****

          Hari yang dinanti tiba. Keenam cucu sudah berkumpul di rumah kakek, siap melaporkan jumlah uang di celengan. Kak Daffa, mas Ariel, Melati, Mario dan Dahlia sudah membongkar celengannya dan mendapatkan tambahan uang dari kakek, sejumlah uang dalam celengan.
            Mereka tampak sangat gembira, terbayang sudah keriaan di kebun binatang nanti. Sekarang giliran Amelia yang membongkar celengan. Dengan ragu-ragu Amelia membukanya. Ia takut kakek kecewa dan tidak akan mengajak ke kebun binatang karena uang di celengan itu hanya beberapa ribu saja.
       “Maafkan aku, Kek. Aku Cuma punya segini,” kata Amelia sambil menunjukkan isi celengannya. Tak diduga, kakek malah tersenyum dan memeluk penuh kasih sayang.
            Amelia diajak duduk di sebelah kakek. ”Kenapa sedih? Kakek sudah dengar dari Ibumu, kalau kemarin kamu bantu Bunga beli seragam baru. Kakek bangga, kamu sudah jadi anak yang bertanggung jawab.”
                Amelia menatap kakek dengan bingung. “Kakek nggak marah?”
             “Tentu tidak,” jawab kakek. “Kamu juga sudah melakukan hal yang sangat mulia, berbagi kebahagiaan dengan Bundanya Mayang. Tentu apa yang kamu beri akan melengkapi kebahagiaan mereka.”
             Kakek pun melanjutkan, “Bagus, Nak. Kakek tahu kamu sudah berusaha mengumpulkan uang demi cita-citamu pergi ke kebun binatang. Tapi kamu tak lupa untuk tetap peduli pada sesama,” lanjut kakek sambil membelai rambut cucunya. “Nggak ada yang salah dengan apa yang kamu lakukan. Kakek tetap bangga walaupun celenganmu hanya berisi beberapa ribu saja.”
                Tak disangka kakek tetap memberikan uang dua kali lipat dari jumlah yang pernah Amelia kumpulkan di celengan, dan diberi “bonus” lagi sehingga kini jumlah uang Amelia paling banyak dibanding lima saudaranya. Amelia sangat bahagia karena bisa ikut bersenang-senang di kebun binatang.

Amelia berjanji tidak akan menghabiskan semua uang itu karena sisanya akan ia masukkan celengan lagi. Seperti pesan kakek, menabung memang baik. Tapi akan lebih baik lagi kalau uang tabungannya juga bisa berguna untuk sesamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar