Minggu, 13 Agustus 2017

My Home My Rule

Happy (already) Monday, Bu-ibu...

Bagi saya yang single fighter, nggak pernah kenal weekend. Tahu-tahu sudah Senin lagi, seperti Minggu sore sekarang ini. Aura Senin sudah ngintil sejak lepas Ashar tadi. Ditambah lagi kak Rafa yang nggak mau tukar jadwal les, maunya tetap hari Minggu, jadilah tiap Minggu mamanya jalan-jalan juga anter dia les ke kota.

Saya termasuk orang yang sangat berpegang pada "my home my rule". Apa yang kami lakukan di rumah, itu urusan kami. Di balik tiap pintu rumah, ada aturan, kesepakatan, kebiasaan, yang tentu berbeda satu dengan lainnya. Apa di balik sana, bukan urusan saya. Pun apa yang ada di sini, bukan pula untuk diketahui orang lain.

Sayang masih ada yang kepo, tanya ini itu di balik pintu rumah saya. Sekali dua nggak papa sih, saya masih bisa jawab pakai jurus retoris saya. Tapi kalau berulang ditanya hal yang sama, seolah mereka tahu kalau jawaban saya saat itu cuma retorika, kan ngeselin! Iya, saya ngeselin kan? Hahaha...

Hal sepele sih sebenernya yang ditanyakan. "Rafa kalau berangkat pagi banget ya, nggak kepagian tuh?" atau, "pantesan nggak pernah main, pasti bobok sama bangunnya harus gasik ya biar bisa berangkat pagi?"

Hihihi... Itu salah satu aja sih. Kok saya jadi baper gini? Heu...

Well, nggak papa. Barusan kejadian soalnya, lepas Magrib anak-anak kompleks kembali berlatih buat persiapan tujuh belasan di sini, tapi anak-anak saya pilih melipir ke dalam rumah, Dan timbullah pertanyaan itu lagi (disenyumin aja).

Maafkan saya yang nggak bisa membuat anak-anak ikut partisipasi acara setahun sekali itu. Yes, kami butuh energi lebih banyak untuk pergi ke sekolah, belajar di sekolah, dan pulang dari sekolah. Jarak rumah - sekolah sekitar 10 km, harus kami tempuh tiap hari dan saat ini ada ruas yang sedang perbaikan, memaksa kami sedikit bersabar untuk bergantian menggunakan lajur jalan yang ada. Hanya kami yang bisa "mengukur" kemampuan kami melalui hari-hari kami. (tsaahh)

Saya bersyukur, dengan kerewelan khasnya, anak-anak masih dalam "aturan saya", tiap pagi maksimal dari rumah pukul 06.10, atau kita akan terlambat sampai sekolah. Dengan berangkat lebih pagi, artinya:
1. Anak-anak akan punya jeda saat sampai di sekolah. Bisa duduk-duduk dulu, menyapa beberapa teman, mungkin berlarian sekadar pemanasan dengan happpy di pagi hari. Bukan langsung duduk manis dan belajar dengan serius, apalagi pakai acara "dihukum" karena terlambat. Walaupun hukumannya cuma disuruh menyebutkan 99 Asmaul Husna saja sih, tapi kan jiper juga.

2. Anak-anak jadi lebiih menghargai waktu. Bahwa ada batas yang harus kita penuhi. Saat kita melewati atau melanggar batas itu, artinya kita sedang merugi. Merugi soal waktu, kita tak bisa mengulangnya.

3. Nggak terburu-buru di jalan. Kecepatan saya bawa motor maksimal 40-50 km/jam saja. Sambil ngobrol sama anak-anak, kadang nyanyi-nyanyi, atau mengecek hafalan dek Tazya. Pemandangan sepanjang jalan pun sangat mendukung, hijau, sejuk, sayang kalau dilewatkan dengan ngebut, hehe...

4. Terpenuhi hak mamanya, karena dengan segera mereka sampai di sekolah, saya bisa segera kembali ke rumah, menyelesaikan pekerjaan rumah dan terntu saja setelah itu bisa onlline. Yup, sebagai pekerja online tentu saya harus segera kembali ke kantor saya, menyelesaikan semua kewajiban saya sebelum kembali ke rutinitas menjemput anak-anak dari sekolah dan menemani hari-harinya di rumah.

Hmm... Lega! Memang paling enak "nyampah" di blog sendiri kan ya, heu...
Udah ah bapernya. Ini cuma satu di antara banyak "my home my rule" yang pada kenyataannya hanya bisa saya jawab dengan jawaban retoris alias melipir tak berujung. Biarlah menjadi teka-teki apa saja di balik pintu rumah saya, seperti teka-teki tak berujung di balik pintu rumah mereka.

Selamat malam menjelang Senin.
Stay waras, stay strong. Love love...

#ODOP #ODOP13 #BloggerMuslimahIndonesia


1 komentar: