Kamis, 10 Agustus 2017

MANIS SEPAT TEH MELATI DARI SLAWI

Slawi, sebuah kota kecamatan sekaligus ibukota Kabupaten Tegal. Kota kecil di bagian barat Jawa Tengah ini memang lebih identik dengan Tegal, walaupun letaknya berjarak sekira 14 kilometer di selatan kota Tegal. Tidak terlalu berada di pesisir utara, tidak pula berada di dataran tinggi. Kota kecil yang nyaman, dengan aroma khas teh melati yang menguar sepanjang jalan dari pabrik-pabrik teh yang sudah ada sejak tahun 1940-an.

Salah satu tradisi masyarakat Slawi adalah minum seduhan teh melati, terutama di pagi dan sore hari. Seduhan teh hitam beraroma melati yang wangi, panas, legi (manis) dan kenthel (kental) alias WASGITEL adalah mood booster andalan masyarakatnya. Pagi sebelum beraktifitas kurang bergairah kalau belum “ngeteh”. Begitu pun sore hari selepas kerja, penat di badan akan sulit beranjak kalau belum disuguhkan si Wasgitel.

Teh yang disajikan dalam keadaan kental pekat ini akan ditambahkan banyak gula ke dalamya. Hingga didapatkan rasa manis dengan sedikit sepat di lidah. Apalagi kalau tehnya diseduh dalam teko dari tanah liat, dituang ke cangkir tanah liat pula dengan pemanis gula batu. Dijamin tak ingin beranjak dari kota kecil ini.

Konon teh melati ini tercipta secara tak sengaja. Saat Belanda masih berkuasa di negeri ini, para tuan tanah pemilik perkebunan teh hanya akan menjual daun teh terbaik. Daun teh dengan kualitas buruk akan diolah oleh penduduk setempat dengan menambahkan bunga melati untuk menghilangkan bau apak, sehingga didapatlah teh melati yang melegenda ini.

Belum pernah singgah di Slawi? Sekali waktu bertandanglah kemari. Saat dalam perjalanan mudik dari Ibu Kota menuju kota-kota di Jawa bagian tengah dan timur, berbeloklah sedikit ke arah selatan dari kota Tegal. Saat melewati jalanannya dan mulai tercium wangi melati yang memenuhi sudut kota, dipastikan Emak sudah memasuki Slawi. Siang hari menjelang sore proses pengeringan teh dimulai. Dari cerobong asap pabrik teh menguar aroma khas tersebut.

Kalau angin sedang “bersahabat”, bau wangi itu akan bisa dinikmati sampai radius 3 kilo meter. Itulah kenapa, teh melati sudah menjadi semacam candu buat masyarakatnya. Apa yang dicari anak rantau saat kembali ke kampung halaman? Selain pelukan ibunda, tentu juga seduhan teh melati ala Sang Ibu. “Tak ada teh selezat buatan ibuku,” begitu kira-kira slogan di setiap rumah.


Beruntunglah, produk teh melati ini sekarang mudah didapati di banyak minimarket, bukan hanya di daerah Slawi dan Tegal saja. Jadi setiap perantau bisa menikmati secangkir teh penawar kerinduan di rumah masing-masing. Apa resep penyajian teh senikmat itu? Silakan tanyakan ke rekan Emak yang asli Tegal. Dia akan dengan bangga mengajari Emak membuat teh poci gula batu Wasgitel yang melegenda itu. Mari minum teh, mari berbagi cerita dari hati.

#ODOP #ODOP10 #BloggerMuslimahIndonesia

1 komentar: